7010 © Kapal Koan Maru Berangkat dari Tanjung Priok pada 8 Februari, mengangkut 570 jamaah

asSalaamu’alaykum.



Kapal “Malaysia Kita”
Nama asal kapal “Malaysia Kita” ialah “Vietnam” dan ia dilancarkan pda 14 Oktober 1951 bagi perkhidmatan Indo-China-Pacific. Pada bulan September 1967 nama “Vietnam” ditukar kepada “Pacific” dan menjalankan perkhidmatan Australia — Tahiti. Pada tahun 1967 kapal ini dibeli oleh syarikat Great Malaysian Lines dan namanya ditukar kepada “Malaysia Kita” dan digunakan untuk mengangkut jemaah haji dari Malaysia ke Jeddah.
Baca selengkapnya di: (Informasi) Kapal Haji – Satu Perjalanan Nostalgia ke Makkah | ! 1 Blog 1 Informasi !



Kapal “Malaysia Raya”
Nama asal kapal “Malaysia Raya” ialah “Laos” dan ia mula dilancarkan pada 21 Disember 1952. Sebagaimana “Vietnam”, Laos ialah milik Messageries Maritimes bagi perkhidmatan Indo-China-Pacific. Pada tahun 1971 “Laos” dibeli oleh syarikat Great Malaysia Line untuk dijadikan “kapal haji” dan ditukar namanya kepada “Malaysia Raya”.
Baca selengkapnya di: (Informasi) Kapal Haji – Satu Perjalanan Nostalgia ke Makkah | ! 1 Blog 1 Informasi !



Kapal Haji – A Nostalgic Journey of the Past

Diunggah oleh kpdud pada 7 Nov 2011


Mengenang Cerita Haji Masa Lalu

09-12-2010 17:38
Mekkah(MCH) — Cepi Supriyatna kecil diajak keluarganya menjemput kakeknya yang berhaji pada 1968. Dari Ciamis ia bersama rombongan keluarga lain yang juga hendak menjemput. Mereka berkumpul di ruang penjemputan lantai dua Pelabuhan Tanjung Priok.
“Uungggggggg.” Peluit kapal berbunyi, pertanda kapal setengah jam lagi bersandar. Dari kejauhan setiap terlihat sosok yang dikira ayah atau kakeknya, keluarga penjemput lantas melambai-lambaikan tangan sambil memanggil-manggil.
“Setengah jam melambai-lambaikan tangan, begitu kapal bersandar, orang yang dikira kakek ternyata bukan. Kami harus pindah tempat mencari tempat sandar kapal lain, menunggu lagi, begitu melihat sosok seperti kakek, kita melambai-lambaikan tangan lagi,” tutur Cepi yang kini menjadi kepala Daerah Kerja Makkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) di Arab Saudi.
Dari pelabuhan, rombongan pulang ke Ciamis. Penyambutan pulang diadakan di alun-alun kota untuk seluruh jamaah dari Ciamis. “Meriah sekali,” kenang Cepi, Ahad (5/12).
Saat berangkat haji, kakek Cepi harus berjabat tangan dengan tetangga sepanjang enam kilometer. Kotak kayu berisi berbagai bekal ke Tanah Suci dipanggul enam orang. “Ada cobek batu, beras, dan sebagainya,” kata dia.
Sekarang, jumlah bawaan jamaah dibatasi. Yang masuk bagasi maksimal 32 kg, yang ditenteng ke kabin maksimal 7 kg. Jika bawaan dari Tanah Air tak sampai 32 kg, maka ada pimpinan kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) yang menitipkan barang-barangnya ke koper jamaah. Barang-barang itu akan dijual selama di Tanah Suci.
Jika hendak pulang ke Tanah Air, barang bagasi lebih dari 32 kg, harus ada barang yang dibuang. Tentengan yang banyak juga dicegah petugas. Ada koper yang beratnya hingga 45 kg, meski banyak jaug yang kurang dari 32 kg. Ada juga koper yang beranak cucu; Ada bungkusan lain yang diikatkan di koper. Tentu saja, anak-cucu koper itu tak akan diangkut. Akibatnya ada banyak barang yang menumpuk di bandara.
Di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, ada banyak ragam barang jamaah yang dikeluarkan dari koper. Ada air zamzam, tas, makanan, rice cooker, jam tangan, dan uang juga ada. Rupanya petugas asal mengambil saja barang-barang dari koper, karena ada banyak koper yang harus dibongkar. Tahun lalu, barang jamaah yang dikeluarkan dari koper mencapai empat kontainer.
Sebelum berangkat, para jamaah dishalat-jenazahkan dulu. Demikian juga kakek Cepi. “Pertanda sudah diikhlaskan jika meninggal di Tanah Suci,” ujar Cepi. Jamaah menginap dulu di Asrama Haji yang berada di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, sebelum menuju Tanjung Priok.
Di Jeddah para jamaah akan mencari syekh mereka. Syekh-syekh itu yang mengurus segala keperluan para jamaah selama di Tanah Suci. Syekh yang baik biasanya yang paling banyak dicari jamaah. “Musim pulang haji, yang baik menyediakan oleh-oleh sekadarnya buat jamaahnya,” ujar Cepi.
Sebelum 1965, pemerintah lewat Departemen Agama membentuk kepanitiaan haji dengan nama Madjelis Pimpinan Hadji (MPH). Pada 1965, lewat Departemen Urusan Haji, kepanitiaan haji dinamakan Pandu Djemaah Hadji (PDH). Di setiap kapal, anggota PDH paling banyak tiga orang. Yaitu, seorang ulama, seorang bupati, dan seorang komisaris polisi, kedua terakhir syaratnya berjiwa Islam.
“Tugas mereka di kapal saya saksikan sendiri, antara lain mengatur setiap hari kiblat dengan petunjuk-petunjuk mualim kapal haji yang bersangkutan; mengimammi shalat berjamaah, mengorganisir perlombaan pembacaan ayat-ayat suci Alquran, dan lain-lain,” tulis dr med Ahmad Ramali, dalam buku Perdjalanan Hadji (1969).
Ahmad menceritakan perjalanan kapal Koan Maru yang mengangkut jamaah pada Februari 1965. Berangkat dari Tanjung Priok pada 8 Februari, kapal mengangkut 570 jamaah, menuju ke Surabaya untuk mengambil jamaah di Tanjung Perak Surabaya, sehingga jumlah total jamaah mencapai 973 orang. Jumlah itu sudah termasuk tiga anggota Pandu Djemaah Hadji dan tujuh anggota Rombongan Kesehatan Indonesia (RKI).
RKI adalah petugas kesehatan yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan. Di setiap kapal haji ditempatkan tujuh anggota, terdiri satu dokter, empat perawat pria, dan dua perawat perempuan. Pada musim haji 1965 ini, pertugas kesehatan ada 108 orang untuk melayani 15 ribu jamaah di 14 kapal haji (tujuh kapal gelombang pertama, tujuh kapal gelombang kedua).

Pada tahun 2010 ini, ada 492 kelompok terbang yang mengangkut 198 ribu jamaah. Di setiap kelompok terbang ada tiga petugas kesehatan, satu di antaranya adalah dokter. Kemudian ada satu petugas pembimbing haji dan satu ketua kelompok terbang.
Pada 21 Februari 1965 kapal tiba di Jeddah.
Pejabat keuangan KBRI memberikan 700 riyal kepada setiap jamaah setelah mereka menyelesaikan urusan administrasi keimigrasian. Baru kemudian mereka ke Madinatul Hujjaj untuk transit. Madinatul Hujjaj ini yang diserahkan ke Indonesia, tak dipakai lagi. Malaysia yang memanfaatkannya sebagai tempat transit.
Masalah cuaca menjadi persoalan bagi sebagian besar jamaah Indonesia sejak dulu. Makkah memiliki empat musim, yaitu Al-Rabii, Al-Shaif, Al-Khariif, dan Al-Syitaa. Ar-Rabi� adalah musim pergantian dari dingin ke panas, selama tiga bulan sejak 21 Maret. Al-Shaif adalah musim panas, sejak 21 Juni hingga tiga bulan ke depan. Pertukaran musim panas ke musim dingin disebut musim Al-Khariif, mulai 23 September. Mulai 22 Desember, Makkah memasuki musim dingin (Al-Syita) selama tiga bulan.(priyantono oemar)
Diupload oleh TS (-) dalam kategori Haji pada tanggal 09-12-2010 17:38
©2010 Kementerian Agama Republik Indonesia
http://m.kemenag.go.id/berita.php?id=7010
7010 © Kapal Koan Maru Berangkat dari Tanjung Priok pada 8 Februari, mengangkut 570 jamaah

16 responses to this post.

  1. Pada musim haji 1965 ini, pertugas kesehatan ada 108 orang untuk melayani 15 ribu jamaah di 14 kapal haji (tujuh kapal gelombang pertama, tujuh kapal gelombang kedua)

    Balas

  2. kapal Koan Maru yang mengangkut jamaah pada Februari 1965. Berangkat dari Tanjung Priok pada 8 Februari, kapal mengangkut 570 jamaah, menuju ke Surabaya untuk mengambil jamaah di Tanjung Perak Surabaya, sehingga jumlah total jamaah mencapai 973 orang.


    MarineLiner

    Balas

  3. Pada 21 Februari 1965 kapal tiba di Jeddah. Pejabat keuangan KBRI memberikan 700 riyal kepada setiap jamaah setelah mereka menyelesaikan urusan administrasi keimigrasian. Baru kemudian mereka ke Madinatul Hujjaj untuk transit.

    Balas

  4. Sebagai negara maritim, sudah waqtunya kita memanfa’atkan kapal penumpang untuk transportasi jama’ah haji.

    Kapal Haji

    Balas

  5. BANGKA-BELITUNG « Hamsah Fansuri
    hamsahfansuri.wordpress.com/2008/11/27/bangka-belitung/
    27 Nov 2008 – Di tempat ini merupakan pelabuhan tempat bersandarnya kapal yang akan pergi membawa penumpang atau barang menuju ke pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.


    Amelia Xuzyxis = superpupermarket.com

    Balas


  6. “KM Sangiang sendiri dirakit di Papenburg, Jerman pada tahun 1997.”


    1992-1999 Alih tehnologi untuk membangun 3 buah kapal
    penumpang Tipe 500 digalangan kapal PT. PAL
    Surabaya.
    PASSENGERSHIPS TYPE 500
    Name Vessel Year of Owner Loa x B x Draft GT Pax kW Speed
    No. Delivery m kn
    PANGRANGO 1 1996 Dept. of Communications, Indonesia 74.00×15.20×2.95 2,650 500 2×1,240 14.0
    SANGRIANG 2 1999 Dept. of Communications, Indonesia 74.00×15.20×2.95 2,650 500 2×1,240 14.0
    WILIS 3 1999 Dept. of Communications, Indonesia 74.00×15.20×2.95 2,650 500 2×1,240 14.0

    Klik untuk mengakses indo.pdf


    Kami ingin menambahkan informasi bahwa KM Sangiang dibangun di Surabaya. Sayang, ada kesalahan ketik pada publikasi dari MeyerWerft Papenburg, tertulis SANGRIANG.

    KM Sangiang ke Poso

    Balas

  7. Waaaa… Aku baru tau kalo Makkah ternyata punya 4 musim.

    Balas

    • asSalaamu’alaykum,
      Betul ukhti, kamipun hanya mendengar tentang musim panas yg luar biasa panasnya, sehingga di Arofah (terutamanya) dipasang tower/tiang yg tinggi utk menyemburkan air agar tempratur menjadi agak dingin, dan jama’ah dianjurkan minum sebanyak-banyaknya utk mengganti cairan di tubuh kita yg menguap krn panasnya suhu udara.
      Lalu ada musim dingin yg dinginnya “menyengat” sampai ke sumsum. Sehingga jama’ah dianjurkan agar menyiapkan/mengenakan pakaian utk hawa dingin.

      wallahu a’lam bishshowab wasSalaamu’alaykum.
      BTW: thanks for coming. akhirnya “kau” datang jua. Naik kereta Api ? Tut tut tuuut ?

      Balas

  8. Untuk mengetahu lebih jauh kalo Makkah punya 4 musim keman ?

    Balas

  9. Saya lahir di kapal Koan maru
    Pada tanggal, 23 Januari 1967

    Balas

Leave a Reply (Tulis Pesan)